Rabu, 08 Mei 2013

Kepiawian Seorang Wanita Perkasa

Nama : Ervina Cecilia
NIM : 11140110227
Mata Kuliah : Penulisan Feature

Berdinding semen, cat tembok yang menunjukan ke arah warna hijau muda, terlihat kumuh tetapi bersih, lantainya berlapiskan keramik putih. Seorang karyawan yang sedang mengepel lantai yang setiap kali sudah kotor langsung dibersihkan. Dua karyawan lain diantara nya sedang sibuk menerima pesanan pelanggan yang silih berganti tanpa hentinya.

Dentangan suara benturan kuali dengan codet, gemericik suara minyak goreng. Wangi harum khas tempe goreng tepung yang sedang di masak oleh seorang ibu berkulit sawo matang, rambut keriting, warna bola mata hitam pekat layaknya orang Indonesia.

Dengan di temani tiga orang karyawan nya, setiap hari seorang ibu yang mempunyai dua orang anak. Sebut saja ibu Maman namanya. Disaat hari masih gelap dan terdengar suara burung “Tuuttuuttt…. Tuuttuutt…”
Bu Maman,,, tiga puluh tujuh tahun, sudah harus bangun dan melawan magnet kasurnya untuk mempersiapkan diri nya beraktifitas, bergulat dengan keperluan di dapur untuk usaha Warteg nya yang terletak di depan sekotr 7B.

Setiap hari nya,,, ia harus bertemankan dengan spatula, kuali, saringan, dan minyak goreng. Memang jam terbang nya sudah tak di ragukan lagi. Enam tahun lamanya, Bu Maman sudah meniti karier nya sebagai Pengusaha warteg di daerah gading serpong yang merupakan tergolong sukses.
“Ya, kita si mau jualan kecil – kecilan, ya kita semua dagang kita jalani, dari sayur – sayuran sampai akhirnya saya lari ke warung nasi… “

Sambil mengaduk – aduk tempe goreng tepung di hadapan nya, Bu Maman mulai bercerita tentang perjalanan kariernya. Pikiran nya menerawang ke masa lalu. Di mulai dari hobinya memasak, Bu Maman mulai menekuni usaha catering kecil – kecilan di rumahnya. Pelanggan pertamanya adalah karyawan Lippo Menara Asia.

Usaha nya kian berrkembang. Pelanggan setia nya semakin bertambah. Hal inilah yang membuat Bu Maman berani membuka usaha Warteg. Pelanggan setia nya tidak hanya sekitaran perumahan komplek, tetapi juga ada dari kelapa dua dan dari depan komplek gading serpong.

Bu Maman membuka usahanya dari jam delapan pagi sampai dengan jam tujuh sore.. Terkadang dia menunggu jualan nya habis. Baru bisa kembali ke rumahnya untuk beristirahat dan berkumpul bersama keluarganya.

Warung semakin ramai oleh pelanggan. Tidak hanya mahasiswa, banyak profesi lain yang datang menikmati masakan bu maman, seperti buruh, tukang becak, orang kantoran, warga sekitar dan lain – lain. Seorang karyawan bu maman, sibuk membersihkan lantai. Walaupun sederhana, Bu Maman tetap memegang teguh prinsip kebersihan warung nya.

Dua karyawan Bu maman lainnya, sibuk melayani pelanggan yang memesan makanan.
“Makanan nya tergolong murah dan banyak lagi. Pas banget buat anak kost an. Seperti saya ini.,” kata salah seorang pengunjung sambil tersenyum puas. Dihadapan nya sepiring nasi putih dengan lauk yang beragam menunggu untuk di santap oleh nya. Nasi, Kerang, dan Kikil yang sudah menjadi menu favorit nya setiap kali dia datang ke warteg Wonosari.

Baru sejam kami berbincang, lauk yang tersaji sudah habis. Bu Maman dan ketiga karyawan nya sibuk mengisi lagi wadah makanan yang telah kosong. Setiap harinya menu makanan yang tersedia di warteg Wonosari itu berganti – ganti dengan kombinasi yang tidak kalah menggoda pelanggan.

Dibalik profesi yang sekarang dia tekuni sebenarnya jauh di lubuk hatinya yang paling dalam dia adalah sosok yang berjiwa bersar.

“Ya,,, kita disini nggak mau ambil untung gede, yang penting orang – orang bisa makan seberapa pun penghasilan nya.” Ujar Bu Maman, sambil mengangkat tempe goreng tepung ke wadah saringan minyak. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar