Tragedi Mei 1998
Nama : Ervina Cecilia
Nim : 11140110227
Penulisan Feature
Panas terik, matahari yang makin menunjukan
bayangnya makin tinggi, sinar nya melekat di kulit, asap dan debu kendaraan
bermotor bercampur menjadi satu menghiasa langit kota Jakarta pada hari itu. Angin
yang bertiup cukup kencang meniup hempasan daun – daun dan ranting pohon.
Saya yang hanya bisa duduk
terheran – heran, melihat mahasiswa Universitas Trisakti Jakarta, semacam mengadakan
perkumpulan yang berbondong – bondong berdiri di depan kampus mereka. Tangisan
haru, nyanyian senduh pun menggema, lilin – lilin putih yang menghiasi jalanan,
dan akhirnya saya pun mengetahui apa yang terjadi.
Doa dalam memperingati hari nya,
tanggal bersejarah itu yang cukup menggempar kan seluruh dunia dimana orang –
orang selain pribumi yang merupakan terkena korban kerusuhan 12 mei 1998 dan
tragedi trisakti.
Sedih, kecewa, marah, dengki,
kesal, dendam semua rasa itulah yang dapat mewakili keluarga – keluarga korban
yang di tinggalkan. Seperti empaat orang mahasiswa Universitas Trisakti yang
rela berkorban untuk mengadakan perubahan sistem pemerintahan Bapak Soeharto
yang saat itu adalah Presiden RI 1998.
Pikiran ku kembali melayang pada
15 tahun silam, disaat masih duduk dibangku sekolah dasar. Siang hari, disaat
panas teriknya matahari, saya sedang bermain bersama teman – teman sepantaran.
Ditengah permainan suara teriakan mulai terdengar dari setiap sudut rumah.
Ricuh.
“Vinnaaa… cepetan pulang kerumah…
ayo, kita harus ngumpet dulu..!!!” ujar seorang wanita yang suaranya tidak
asing lagi di telingaku.
Pada saat itu juga, saya dan
beserta teman – teman yang lain langsung menghentikan permainan dan lari
terbirit – birit masuk kedalam rumah. Didalam rumah kami tidak berani
menyalakan lampu atau pun bersuara berisik. Suasana pada saat itu sunyi, senyap,
terasa bahwa seperti tidak ada tanda – tanda kehidupan di sekitar komplek.
Tragedi Trisakti adalah peristiwa
penembakan, pada tanggal 12 Mei 1998, terhadap mahasiswa pada saat demonstrasi
menuntut Soeharto turun dari jabatannya. Kejadian ini menewaskan empat
mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta, Indonesia serta puluhan lainnya
luka.
Mereka yang tewas adalah Elang
Mulia Lesmana (1978 - 1998), Heri Hertanto (1977 - 1998), Hafidin Royan (1976 -
1998), dan Hendriawan Sie (1975 - 1988). Mereka tewas tertembak di dalam
kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala,
tenggorokan, dan dada.
Pada 12 mei 2013, kemarin Universitas
Trisakti (Usakti) memberikan masing-masing satu unit rumah kepada orangtua dari
almarhum Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie
mahasiswa yang gugur dalam tragedi berdarah pada 1998. Rektor Usakti Thobi
Muthis mengatakan, pemberian hibah rumah tersebut merupakan buah tangan sebagai
bentuk apresiasi terhadap para pahlawan reformasi.
”Buah tangan kepada mereka yang
telah menjadi martir demi terciptanya era reformasi. Kita harapkan agar
reformasi ini menghasilkan kebajikan yang lebih baik bagi rakyatnya,” ujar
Thobi, saat acara peringatan tragedi 12 Mei 1998, di Kampus A Usakti, Jakarta
(12/5).
Kerusuhan Mei 1998 lalu adalah
kerusuhan yang terjadi di Indonesia pada tanggal 13 Mei-15 Mei 1998, khususnya
di Ibu Kota Jakarta. Namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini
diawali oleh krisis finansial Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti di mana
empat mahasiswa Universitas Trisakti ditembak dan terbunuh dalam demonstrasi 12
Mei 1998.
Pada kerusuhan ini banyak toko
dan perusahaan dihancurkan oleh amuk massa terutama milik warga Indonesia
keturunan Tionghoa. Konsentrasi kerusuhan terbesar terjadi di Jakarta, Bandung,
dan Surakarta. Terdapat ratusan wanita keturunan Tionghoa yang diperkosa dan
mengalami pelecehan seksual dalam kerusuhan tersebut. Sebagian bahkan diperkosa
beramai-ramai, dianiaya secara sadis, kemudian dibunuh. Dalam kerusuhan
tersebut, banyak warga Indonesia keturunan Tionghoa yang meninggalkan
Indonesia.
Tak hanya itu, seorang aktivis
relawan kemanusiaan yang bergerak di bawah Romo Sandyawan, bernama Ita
Martadinata Haryono, yang masih seorang siswi SMU berusia 18 tahun, juga
diperkosa, disiksa, dan dibunuh karena aktivitasnya. Ini menjadi suatu indikasi
bahwa kasus pemerkosaan dalam Kerusuhan ini digerakkan secara sistematis, tak
hanya sporadis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar